Senin, 10 Mei 2010

Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi Antarpribadi

A. Pengertian Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang dilakukan antar seorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat maupun organisasi (bisnis dan nonbisnis), dengan menggunakan media komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, paling tidak ada empat hal penting yang penting diperhatikan, antara lain:
1. Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih.
2. Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau bertatap muka (fece-to-face).
3. Bahasa yang digunakan bahasa informal (tidak baku), dapat menggunakan bahasa daerah, bahasa pergaulan, atau bahasa campuran.
4. Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal (pribadi) bila komunikasi terjadi dalam suatu masyarakat; dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila komunikasi terjadi dalam suatu organisasi.

B. Tujuan Komunikasi Antarpribadi
1. Menyampaikan Informasi
Ketika berkomunikasi dengan orang lain, tentu saja seseorang memiliki berbagai macam tujuan dan harapan. Salah satu di antaranya adalah untuk menyampaikan informasi kepada orang lain, agar orang tersebut mengetahui sesuatu.
2. Berbagi Pengalaman
Komunikasi antarpribadi juga memiliki tujuan untuk saling membagi pengalaman pribadi kepada orang lain mengenai hal-hal menyenangkan maupun hal-hal yang menyedihkan/menyusahkan. Saling berbagi rasa ini pada umumnya tidak disampaikan kepada setiap orang, tetapi hanya kepada seseorang yang dapat dipercaya atau teman dekat saja.

3. Menumbuhkan Simpati
Simpati adalah suatu sikap positif yang ditunjukan seseorang yang muncul dari lubuk hati yang paling dalam untuk ikut merasakan bagaimana beban derita, musibah, kesedihan, dan kepiluan yang sedang dirasakan oleh orang lain. Berbagai cara untuk menumbuhkan rasa simpati seseorang kepada orang lain antara lain dapat dilakukan dalam bentuk dukungan moril, bantuan dana, obat-obatan, aneka barang kebutuhan pokok, perlengkapan rumah, perlengkapan penerangan, bahan bangunan, dan menjadi relawan.
4. Melakukan Kerja Sama
Tujuan komunikasi antarpribadi yang lain adalah untuk melakukan kerjasama antara seseorang dengan orang lain untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk kedua belah pihak.
5. Menceritakan Kekecewaan atau Kesalahan
Pengungkapan segala bentuk kekecewaan atau kekesalan secara tepat secara tidak langsung akan dapat megurangi beban pikiran. Orang yang sudah dapat mengungkapkan isi hatinya kepada orang lain yang dianggap dapat membantu memberikan solusi, akan merasa lega, seperti tidak ada beban pikiran dalam hidupnya.
6. Menumbuhkan Motifasi
Motifasi adalah dorongan kuat dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada dasarnya, seseorang cenderung untuk melakukan sesuatu karena dimotifasi orang lain dengan berbagai cara, seperti pemberian insentif yang bersifat financial maupun nonfinancial, seperti pemberian pengakuan atas prestasi kerjanya, dan memberikan penghargaan kepada orang lain.

C. Gaya kepemimpinan
Dalam dunia bisnis, penerapan gaya kepemimpinan (leadership style) seseorang akan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku bawahannya (para karyawan, pegawai) dalam melakukan pekerjaan mereka. Kepemimpinan dalam suatu organisasi terjadi kerena adanya interaksi antar tiga komponen penting, yaitu manajer, karyawan dan situasi atau kondisi lingkungan kerja tertentu.


1. Teori X dan Y
Salah satu model perilaku kepemimpinan adalah Teori X dan Y yang dikemukakan oleh Douglas McGregor. Teori X danY didasarkan pada berbagai asumsi tetang para karyawan/pegawai dan bagaimana memotifasi mereka.
Asumsi yang dikembangkan dalam teori X pada dasarnya cenderung negative dan gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam suatu organisasi adalah gaya kepemimpinan petunjuk (directive leader style). Gaya kepemimpinan petunjuk sangatlah tepat diterapkan manakala karyawan yang menjadi bawahannya tersebut cenderung pasif, malas bekerja, tidak kreatif, dan inovatif.
Sementara itu, asumsi yang dikembangkan dalam teori Y pada dasarnya cenderung positif dan gaya kepemimpinan yang diterapkan adalah gaya kepemimpinan partisipatif (participative leader ship). Dalam teori Y diasumsikan bahwa karyawan cenderung berperilaku positif.
Ringkasnya dalam teori X dan Y Douglas McGregor berusaha mengungkapkan bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja dan sekaligus bagaimana gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi lingkungan kerja yang berbeda, termasuk bagaimana komunikasi antarpribadi (manajer dan bawahan) tersubut dikembangkan dalam lingkungan kerjanya.

2. Empat Gaya Kepemimpinan
Menurut Ludlow dan Panton, terdapat empat gaya kepemimpinan yaitu:
a. Pengarahan (directing)
Gaya kepemimpinan pengaraha tepat digunakan pada situasi dan kondisi dimana para karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam menjalankan tugas tertentu. Disamping itu, tugas pekerjaan yang harus diselesaikan cenderung komplek dan rumit.
b. Pembekalan (waching)
Gaya kepemimpinan pembekalan tepat digunakan pada situasi dimana para karyawan telah memiliki pengalaman yang cukup dalam menyelesaikan pekerjaan. Di samping itu, para karyawan memiliki motifasi yang cukup tinggi dalam menyelesaikan setiap pekerjaannya.

c. Dukungan (supporting)
Gaya kepemimpinian dukungan tepat digunakan pada situasi dan kondisi dimana para karyawan telah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah mengembangkan hubugan yang baik dengan seorang manajer.
d. Pendelegasian (delegating)
Gaya kepemimpinan pendelegasian tepat digunakan pada situasi dan kondisi dimana para karyawan telah memahami dengan baik tugas-tugas pekerjaan yang harus diselesaikan, sehingga mereka layak untuk menerima pendelegasian tugas dari manajer.

3. Gaya Kepemimpinan Situasional
Gaya kepemimpinan situasional adalah gaya kepemimpinan yang dapat berubah seiring dengan dinamika yang berkembang dalam diri para karyawan. Ada tiga kemampuan/ketrampilan penting yang perlu diperhatikan dalam menetapkan kepemimpinan situasional:
a. Keterampilan Analisi (Analytical skill)
Keterampilan analisis merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer dalam melakukan evaluasi atau penilaian kerja bawahan (karyawan) dalam melaksanakan pekerjaan mereka.
b. Keterampilan Fleksibilitas
Penerapan gaya kepemimpinan kadang kala diterapkan secara kaku, tetapi dapat juga diterapkan secara luwes tergantung pada situasi dan kondisi yang ada. Keterampilan fleksibilitas merupakan keterampilan yang harus dimiliki seorang manjer dalam menerapkan gaya kepemimpinan dalam situasi dan kondisi yang tepat berdasarkan analisis yang tepat pula.
c. Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer untuk menyampaikan ide atau gagasannya kepada bawahannya.


4. Kepemimpinan Inti
Menurut Hellriegel dan Slocum,seorang manajer yang dinamis harus memiliki lima kemampuan yang dikenal sebagai keahlian kepemimpinan inti (core leadership skills) :
a. Pemberdayaan
Pembserdayaan pada dasarnya merupakan kemampuan seorang manajer untuk berbagi pengaruh dan kendali (control) dengan para karyawannya
b. Intuisi
Menurut Griffin (2002),intuisi adalah keyakinan bawaan dalam diri seeorang mengenai sesuatu tanpa pertimbangan dasar. Dalam pengambilan keputusan seorang manajer mendasarkan pada rasionalitas dan logika.
c. Pemahaman Diri
Pemahaman diri pada dasarnya merupakan kemampuan untuk mengenal diri sendiri, baik kekuatan maupun kelemahannya. Seorang manajer harus mampu menilai apa saja kekuatan yang dimilikinya dan kelemahan yang ada pada dirinnya.
d. Visi
Secara umum, visi merupakan kemampuan untuk berimajinasi pada situasi yang berbeda dan situasi yang lebih baik dengan cara bagaimana mencapainya.
e. Kesesuaian Nilai (value congruence)
Merupakan kemampuan untuk memahami dan memadukan prinsip-prinsip organisasi dengan nilai-nilai karyawan.ketidaksesuaian antar keduanya akan berdampak pada terganggunya kelancaran kegiatan operasioanal suatua organisasi perusahaan.






D. Kebutuhan Manusia
Berbagai macam teori yang mengupas secara tuntas fenomena tentang aneka kebutuhan hidup manusia adalah :
1. Kebutuhan Fisiologis (Physiological needs¬)
Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan tingkat pertama dan utama bagi mempertahankan hidup dan kehidupan manusia (survival), misalnya kebutuhan akan makan, minum, pakaian, dan perumahan. Kebutukan ini merupakan kebutuhan hidup manusia yang paling dasar, dan setiap manusia memerlukannya tanpa kecuali.
2. Kebutuhan Keamanan
Setelah kebutuhan dasar dapat terpenuhi, maka manusia berupaya untuk dapat memenuhi kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan rasa aman dan nyaman (safety needs), selamat dari segala macam marabahaya yang akan menimpa manusia.
3. Kebutuhan Social
Kebutuhan social berkaitan dengan kegiatan kemasyarakatan, bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain didalam suatu kehidupan bermasyarakat.
4. Kebutuhan Status
Kebutuhan manusia akan status berkaitan dengan pengakuan, penghargaan, kedudukan tingkat social di masyarakat. Manusia ingin dihargai, diakuai, dan dinilai segala kegiatannya dalam masyarakat.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualizations) merupakan tingkatan kebutuhan yang tertinggi menurut Abraham Maslow. Dalam hal ini yang ditekankan adalah bagaimana seseorang mampu mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai kegiatan yang mampu menumbuhkan suatu kreatifitas, inovasi-inovasi baru, maupun mampu menunjukan sikap kearifan dan kebijaksanaan dalam mengambil suatu keputusan-keputusan penting dalam suatu organisasi.
E. Mendengarkan Sebagai Keahlian Antarpribadi
Setiap individu memiliki berbagai macam tujuan ketika mendengarkan sesuatu, antara lain berinteraksi dengan orang lain, menerima informasi, mengatasi masalah, dan saling berbagi perasaan dengan orang lain.
Mendengarkan menjadi begitu penting sebagaimana berbicara atau berpidato di hadapan audiens. Kebiasaan sebagai pendengar yang efektif akan menghasilkan beberapa hal yang positif, antara lain :
a. Pendengar yang baik akan disukai orang lain karena mereka dapat memuaskan kebutuhan dasar manusia untuk didengarkan.
b. Kinerja/prestasi kerja karyawan meningkat ketika pesan yang diterima tersebut dapat dimengerti dengan baik.
c. Umpan balik (feedback) yang akurat dari bawahan akan berdampak positif pada prestasi kerjanya.
d. Manajer dan karyawan akan tehindar dari munculnya kesalahpahaman dalam penyampaian suatu pesan.
e. Pendengar yang baik dapat memisahkan mana fakta dan mana yang sekedar gosip.
f. Pendengar yang baik memiliki kecenderungan membuka ide-ide baru dari pihak lain, sehingga hal ini mendorong berkembangnya kreatifitas.
g. Pendengar yang efektif juga akan dapat menghasilkan prestasi kerja yang baik dan peningkatan kepuasan kerja.
h. Kepuasan kerja meningkat karena mereka tahu apa yang terjadi, kapan mereka mendengar, dan kapan mereka berpartisipasi di dalamnya yang tumbuh dari komunikasi yang baik.

Mengingat betapa pentingnya kebiasaan mendengarkan yang baik, maka ada beberapa saran agar dalam mendengarkan berlangsung secara efektif, antara lain:
a. Perhatikan dengan baik siapa yang berbicara tersebut, mulai dari gerakannya, kontak mata, nada suaranya, dan ekspresi wajahnya. Perhatian Anda tersebut akan dapat membantu pemahaman terhadap apa yang dimaksudkan tersebut.
b. Berikan umpan balik (feedback), seperti apakah mereka sudah mengerti atau belum, apakah ada pertanyaan, atau pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap apa yang telah disampaikan tersebut.
c. Mendengarkan membutuhkan waktu, oleh kerena proses komunikasi yang dilakukan secara tatap muka sebagaimana seorang pengirim penerima pesan secara simultan.
d. Gunakan pengetahuan Anda tentang orang yang berbicara tersebut untuk dapat menarik manfaat yang positif bagi Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar